Minggu, 07 Februari 2010

ANALISIS KONDISI EKSTERNAL DAN INTERNAL

ABSTRAK
Widyaiswara merupakan ujung tombak dalam pengembangan SDM Aparatur. Peningkatan profesionalisme Widyaiswara diharapkan akan membawa perubahan aparatur menuju kualitas yang diharapkan. Widyaiswara merupakan komponen penting dalam proses penyelenggaraan diklat aparatur. Proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, ketrampilan, serta sikap dan perilaku dari Widyaiswara kepada SDM Aparatur akan berjalan dengan baik dan lancar bila kondisi internal dan eksternal Widyaiswara dipahami secara mendalam. Kondisi internal dan eksternal tersebut meliputi ruang lingkup ketugasan, permasalahan-permasalahan, dan strategi-strategi Widyaiswara agar lebih dapat berdaya saing tinggi di era globalisasi.

Kata kunci: widyaiswara, SDM Aparatur, kondisi internal dan eksternal, daya saing.

KONDISI EKSTERNAL WIDYAISWARA
Analisis kondisi secara eksternal membahas peluang dan tantangan widyaiswara dalam upaya menuju profesionalisme kompetitif. Widyaiswara mempunyai peluang secara bebas dan mandiri mengembangkan tingkat kompetensinya seoptimal mungkin, hal ini dapat dilakukan karena dalam penilaian tingkat kinerja widyaiswara sudah mempunyai tolok ukur atau indikator yang jelas dalam penilaiannya, yaitu melalui angka kredit yang telah disusun oleh widyaiswara. Widyaiswara mempunyai peluang dapat mencapai jenjang kepangkatan sampai level atas dan dalam jenjang kenaikan paling cepat 2 tahun, walaupun sementara ini sangat terkendala oleh aturan Per.Men.PAN. No:PER/66/M.PAN/2005, dimana untuk dapat diakui perolehan angka kreditnya, widyaiswara hanya diperkenankan mengajar sesuai dengan jenjang jabatan kepangkatannya (misalnya Widyaiswara Madya Golongan IV/a s.d. IV/c untuk dapat diakui angka kreditnya harus mengajar Diklatpim II, padahal diklat tersebut hanya diselenggarakan oleh LAN RI).
Tantangan widyaiswara dalam menuju profesionalisme kompetitif banyak berasal dari kebijakan-kebijakan yang berasal dari Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai kecenderungan merugikan widyaiswara. Hal ini dapat terjadi karena widyaiswara sudah banyak dipersepsikan sebagai seorang yang hanya datang bekerja apabila mengajar kemudian langsung mendapat honorarium serta setiap bulan dapat tunjangan. Padahal hal tersebut tidak sepenuhnya benar dan perlu disikapi dengan positif thinking. Artinya benar memang widyaiswara mempunyai tunjangan setiap bulan dan mendapat honorarium setelah mengajar, tetapi di luar itu memerlukan persiapan waktu, sarana, dan pengetahuan yang cukup untuk dapat tampil secara kompeten di depan peserta diklat aparatur. Widyaiswara harus dapat tampil gagah dan profesional, sehingga peserta minimal dapat menghargai keberadaan widyaiswara, selanjutnya tentu proses transfer ilmu dapat berjalan dengan lancar.

KONDISI INTERNAL WIDYAISWARA
Analisis kondisi internal widyaiswara meliputi kekuatan yang merupakan potensi dan kelemahan widyaiswara dalam rangka menuju tingkat profesionalisme yang berdaya saing dalam tingkatan global, meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Sustainable Competitive Advantage
Dalam rangka terwujudnya Sustainable Competitive Advantage, yaitu keberhasilan dalam persaingan yang berkelanjutan bagi widyaiswara, diperlukan analisis permasalahan yang membuat penurunan kinerja widyaiswara, baik dalam hal motivasi maupun tingkat profesionalisme. Dalam pengembangan widyaiswara perlu dilakukan pengkajian dalam menentukan aktivitas dan strategi yang tepat dan harus dilakukan, terutama dalam meningkatkan kemampuan tranfer ilmu pengetahuan yang berkualitas, serta diikuti dengan menyusun strategi untuk memenangkan persaingan di tingkat global. Identifikasi kebijakan yang tidak kondusif bagi pengembangan widyaiswara, inventarisasi kebutuhan sarana dan prasarana, dan analisis kebutuhan diklat bagi widyaiswara merupakan beberapa langkah yang harus dilakukan apabila Pemerintah Daerah Provinsi DIY. ingin mempunyai widyaiswara yang profesional dan kompetitif.
2. Analisis Industri
Analisis faktor kekuatan internal terhadap produksi industri, perlu dianalisis unsur kualitas dan spesialisasi faktor input. Produksi industri dalam pemahaman ke arah profesionalitas widyaiswara dapat dianalogikan dengan suatu proses kegiatan diklat yang menghasilkan keuntungan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kediklatan. Dari sisi faktor input widyaiswara perlu dipersiapkan tingkat kompetensi yang dapat dinilai telah layak jual dan akuntabel. Pemahaman terhadap materi dilandasi dengan referensi literatur yang cukup memadai. Spesialisasi keahlian widyaiswara diciptakan secara profesional dengan latar belakang pendidikan formal yang tepat, serta ditambah dengan dilklat untuk pelatih atau training of trainer sesuai dengan kebutuhan widyaiswara.
Widyaiswara yang tingkat profesionalisme memadai akan menghasilkan ketertarikan bagi calon peserta untuk mengikuti diklat. Semakin banyak minat calon peserta yang berkeinginan mengikuti diklat tentu akan membuat aktivitas kerja lembaga diklat makin produktif dan berdaya hasil yang dapat dipergunakan untuk kesejahteraan bersama.
3. Analisis Lima Kekuatan Persaingan
Dalam rangka strategi bersaing (kompetisi), keberhasilannya (mampu mengalahkan para kompetitor ke pasar global), akan sangat tegantung pada hasil analisis struktur industri dan pesaing. Dalam struktur industri ada lima kekuatan yang dapat menentukan yaitu: pesaing baru; tantangan produk/servis substitusi; daya tawar pembeli/konsumen; daya tawar pemasok; dan persaingan antar organisasi atau perusahaan sejenis.
Lembaga diklat di wilayah DIY. merupakan pesaing-pesaing Badan Diklat Provinsi DIY. dalam upaya menyelenggarakan kegiatan diklat yang kompetitif di tingkat daerah. Selain itu banyak pesaing lain di luar wilayah DIY. yang lebih maju lagi dalam pengelolaan kegiatan diklat. Untuk mengatasi ketertinggalan dalam pengembangan widyaiswara perlu strategi studi banding secara berkala terhadap lembaga-lembaga diklat yang dipandang mampu dan memiliki program pengembangan widyaiswara yang baik. Dari perbandingan tersebut diharapkan dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang perlu ditindaklanjuti dengan program kegiatan sebagai upaya mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.
Dari beberapa informasi mengenai pengembangan widyaiswara di Badan Diklat Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta, dari segi kesejahteraan widyaiswara Badan Diklat Provinsi DIY. terdapat kesenjangan yang cukup jauh, mulai dari honorarium per jam pelajaran, biaya transportasi, pembinaan per bulan, sarana dan prasarana, serta keikutsertaan widyaiswara dalam tim kegiatan kediklatan. Dari kesenjangan ini apabila tidak segera dicarikan solusinya akan membawa dampak lemahnya daya saing widyaiswara Badan Diklat Provinsi DIY. dalam menghadapi persaingan global, terutama untuk mendapatkan sarana teknologi sebagai media dalam menyampaikan materi pelajaran.
Tantangan produk/servis substitusi dari widyaiswara dituntut untuk dapat menyampaikan materi pelajaran sebaik mungkin disertai dangan media pembelajaran yang lengkap. Hal ini memerlukan pendidikan formal tidak cukup sampai S1 tetapi perlu ditingkatkan menjadi S2 dan S3 ditambah dengan pelatihan training of trainer sesuai kebutuhan pengembangan widyaiswara. Media pembelajaran dan sarana kelas dituntut representatif, sehingga performance widyaiswara terdukung oleh lingkungan.
Daya tawar pembeli/konsumen dianalogikan sebaga daya tawar calon peserta diklat dari sisi eksternal widyaiswara. Calon peserta akan melihat nama-nama widyaiswara yang akan memberikan materi, kapasitas kemampuan widyaiswara, dan kredibilitas widyaiswara, hal ini akan memberikan daya tawar bagi calon peserta untuk memilih mengikuti diklat atau mengundurkan diri. Oleh karena itu pengemasan desain penawaran program kediklatan perlu dikemas sebaik mungkin dengan mencantumkan spesifikasi keahlian dan referensi pengalaman widyaiswara dalam bidang spesialisasinya.
Daya tawar pemasok diasumsikan sebagai daya tawar yang diberikan oleh instansi pembina kewidyaiswaraan yaitu LAN RI atau instansi serta pengambil kebijakan yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembangan widyaiswara. Tidak menutup kemungkinan dari lembaga atau organisasi swasta yang memberikan masukan baik materi maupun non material terhadap diklat khususnya widyaiswara. Pasokan yang berupa bimbingan, outsourcing keahlian, literatur, kebijakan pengembangan widyaiswara, pembekalan teknis akan meningkatkan daya tawar widyaiswara dalam rangka persaingan global.
Persaingan antar organisasi atau perusahaan sejenis merupakan sesuatu yang pasti terjadi dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu perlu dipikirkan dan ditindaklanjuti dengan program kegiatan yang dapat menunjang proses penyelenggaraan kegiatan diklat dalam memfasilitasi peserta secara memuaskan. Calon peserta akan bebas menentukan pilihan kegiatan diklat yang ingin mereka ikuti, hal ini harus direspon sebaik mungkin mulai dari pemberitahuan rencana diklat sampai evaluasi pasca diklat.
4. Analisis Rantai Nilai
Rantai nilai adalah alat dasar untuk memeriksa semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan secara sistematik dan bagaimana aktifitas itu berinteraksi yang memungkinkan perusahaan memiliki keunggulan kompetitif. Adapun 4 (empat) aspek dalam analisis nilai rantai yaitu Manajemen Sumber Daya Manusia, Pengembangan tehnologi, Pembelian (pengadaan) infrastuktur/prasarana, dan Logistik (penyediaan bahan baku dan bahan pendukung produksi).
Aspek manajemen SDM terutama widyaiswara di Badan Diklat Provinsi DIY. kurang mengalami perkembangan yang menggembirakan, hal ini karena kurang sosialisasi dan identifikasi program dan kebutuhan pengembangan widyaiswara secara transparan. Widyaiswara jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Pemberdayaan widyaiswara terkendala oleh faktor-faktor kesenjangan dalam penyamaan persepsi antara staf, pejabat struktural, dan widyaiswara. Hali menjadikan iklim organisasi dalam pengelolaan SDM khususnya widyaiswara menjadi terhambat. Oleh karena itu yang terpenting disini adalah meminimalisasi kesenjangan tersebut dengan memberikan pengertian dan lingkup pekerjaan masing-masing secara proporsional, sehingga masing-masing akan berjalan di atas relnya menurut kewajiban fungsi dan tugas pokok masing-masing.
Aspek pengembangan teknologi juga sering mengalami hambatan atau permasalahan karena kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba, sehingga tidak dapat cepat diantisipasi. Hal ini membuat persoalan tersendiri yang diakibatkan karena kekurangsiapan sebagian Widyaiswara dalam mengoperasionalisasikan teknologi. Widyaiswara dituntut tidak gagap akan teknologi informasi sebagai pendukung pemberian materi pelajaran. Kemampuan menyerap informasi memberikan akses ke arah globalisasi dan tidak ketinggalan perkembangan informasi yang semakin cepat dan luas.
Aspek pembelian (pengadaan) infrastuktur/prasarana yang diperlukan widyaiswara antara lain kelas dengan fasilitas audio visual yang lengkap dan luas, LCD, OHP/OHT, spidol transparan, white board, spidol white board, penghapus, lap top, handy camera, camera digital, scanner, dan printer merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan performance widyaiswara di dalam kelas.
Aspek logistik (penyediaan bahan baku dan bahan pendukung produksi) dianalogikan sebagai perangkat lunak dan keras untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran widyaiswara, antara lain software-software pengolah kata, angka, grafis, dan media player selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi, hot spot area, DVD RW, TV internal, Web Cam, USB, External Hard Disc, colour transparant, transparant, kertas HVS, folio, buram, foto copy, dan laser pointer. Perlengkatan tersebut perlu dipersiapkan dan dimonitor secara kontinyu baik jumlah maupun kondisinya, sehingga pada saat akan dipergunakan telah siap dan dalam kondisi yang baik.
5. Analisis Kebutuhan dan Keinginan Konsumen
Dalam pengembangan pemasaran aktivitas diklat perlu disertai upaya untuk memenangkan persaingan antarlembaga kediklatan. Calon peserta diklat perlu disurvei seberapa jauh kebutuhan mereka akan diklat, dan diinventarisasi diklat-diklat unggulan yang benar-benar diperlukan oleh calon peserta. Analisis kebutuhan diklat menganalisa kebutuhan dan keinginan calon peserta terhadap jenis diklat yang akan mereka ikuti. Berawal dari analisis ini akan diperoleh informasi untuk dasar penyelenggaraan diklat yang sesuai dengan harapan calon peserta.

PENUTUP
Pada akhirnya Widyaiswara dalam menghadapi era globalisasi saat ini perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang kajian yang menjadi minat atau spesialisasi. Widyaiswara dituntut untuk terus maju dan berkembang mengikuti kemajuan jaman. Tidak ada istilah hari kosong atau libur karena menunggu diberi jadwal pelajaran oleh para pejabat struktural, oleh karena itu selalu mengupayakan peningkatan kreativitas menuju profesionalisme yang kompetitif mutlak harus dilakukan oleh Widyaiswara.
Kondisi internal dan eksternal Widyaiswara yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan yang tidak selalu menyudutkan Widyaiswara sebagai salah satu SDM aparatur yang sering dilihat dari sudut pandang atau citra kurang baik. Untuk menghilangkan citra tersebut Widyaiswara wajib meningkatkan profesionalisme dan berdaya saing global yang didukung dengan sikap dan perilaku serta spiritual yang dapat dijadikan teladan.

REFERENSI
Porter, M.E. Competitive Advantage, Creating and Sustaining Superior Performance. The Free Press, A Division of Macmillan, Inc. New York.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar