Senin, 22 November 2010

EVALUASI PASCADIKLAT MANAJEMEN KEBENCANAAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geologis terletak di antara 3 (tiga) buah lempeng tektonik dunia yaitu Lempeng Benua Eurasia, Lempeng Hindia Australia, dan Lempeng Samudera Samudera Pasifik. Sepanjang garis pertemuan antara lempeng benua dan lempeng samudera tersebut pada bagian penunjaman terbentuk bidang gesekan yang mengakibatkan pembentukan sumber magma panas dari gunung-gunungapi di atasnya.
Indonesia termasuk dalam rangkaian jalur gunungapi dunia tersebut atau the ring of fire. Sehingga dari kondisi geologis tersebut perlu mendapatkan perhatian serius bahwa Indonesia terletak di dalam daerah yang sangat rawan terjadi bencana alam, terutama gempa bumi, tsunami, dan gunungapi.
Akibat kondisi geologis tersebut kekayaan alam Indonesia menjadi berlimpah ruah, seperti minyak bumi, gas alam, batubara, emas, perak, tembaga, nikel, besi, mangan, mineral radio aktif, serta mineral logam, mineral non logam, mineral ikutan dan lain-lainnya. Akan tetapi dengan terjadinya banyak permasalahan penyimpangan pemanfaatan kekayaan alam tersebut ditambah dengan faktor-faktor jumlah penduduk yang besar dengan penyebaran yang tidak merata, pengaturan tata ruang yang belum tertib, keanekaragaman suku, agama, adat, budaya, golongan, pengaruh globalisasi serta permasalahan sosial lainnya yang sangat kompleks mengakibatkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi wilayah yang rawan konflik atau rawan terhadap bencana akibat ulah manusia atau bencana sosial, maupun bencana non alam.
Bencana alam, bencana non alam, maupun bencana sosial, dapat menimbulkan dampak yang mengancam kehidupan manusia, baik berupa ancaman kematian, kehilangan harta benda, rusaknya kondisi lingkungan hidup, maupun dampak trauma psikologis. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya mitigasi bencana yang akan terjadi. Dalam skala yang lebih komprehensif akhirnya diperlukan manajemen kebencanaan yang secara berkelanjutan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi hal-hal yang perlu dilakukan dan diantisipasi dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana merupakan langkah prioritas yang perlu dilakukan setiap komponen dalam kepemerintahan, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Pengembangan dan penyediaan sistem peringatan dini yang akurat (early warning system), diseminasi dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan, penanaman kesadaran masyarakat terhadap daerah rawan bencana, pembuatan peta-peta rawan bencana, penyediaan barak atau tempat penampungan, selimut, pakaian pantas pakai, dapur umur, tempat MCK (mandi, cuci, dan kakus) untuk mengantisipasi arus pengungsian mulai dari skala kecil sampai dengan skala besar, serta dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Hal tersebut harus menjadikan bahan pemikiran utama Pemerintah Pusat dan Daerah untuk segera melakukan tindakan nyata dalam upaya penanggulangan bencana yang akan terjadi. Salah satu bentuk kegiatan yang penting adalah penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi aparatur di Pemerintah Daerah. Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dapat diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal yang berupa pelatihan dasar, lanjutan, teknis, simulasi, dan gladi.
Diklat teknis ini dirancang sebagai bentuk kepedulian terhadap ancaman bencana, yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Desain dan kurikulum ini secara umum memuat dan mengarahkan berbagai teori dan praktik maupun pengalaman tentang penerapan pengelolaan kebencanaan di daerah, sehingga dapat diterapkan dalam tugas sehari-hari oleh para aparatur. Dengan demikian setelah peserta mengikuti diklat ini, rencana tindak yang menjadi program kerja para pejabat di daerah.
Berangkat dari pemikiran di atas, maka diperlukan upaya untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman aparatur-aparatur pemerintah daerah setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan manajemen kebencanaan. Hal tersebut dapat diperoleh secara terukur berdasarkan tingkat keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu tolok ukurnya adalah dengan melakukan evaluasi diklat Manajemen Kebencanaan yang telah diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah
Pendidikan dan pelatihan manajemen kebencanaan akan berdampak terhadap kinerja alumni. Seberapa jauh pengaruh diklat terhadap kinerja alumni perlu diteliti lebih lanjut. Beberapa permasalahan dalam upaya melihat pengaruh tersebut diantaranya adalah.
1.Belum adanya tolok ukur yang jelas terhadap kinerja alumni pascadiklat.
2.Tingkat pemahaman peserta diklat yang bervariasi.
3.Permasalahan penerapan materi diklat di lapangan terlalu kompleks.

C. Batasan Masalah
Mengingat terlalu komprehensifnya masalah dalam menentukan indikator penilaian dampak kinerja alumni, maka diperlukan pembatasan masalah dalam indikator dalam menilai kontribusi diklat manajemen kebencanaan terhadap kinerja alumni. Permasalahan kontribusi diklat manajemen kebencanaan dibatasi dalam pengaruh diklat terhadap hal perbaikan kinerja, pendayagunaan alumni, dan tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian evaluasi pascadiklat manajemen kebencanaan adalah ”bagaimana kontribusi pendidikan dan pelatihan manajemen kebencanaan terhadap kinerja alumni?”.

E. Tujuan
Tujuan pelaksanaan penelitian evaluasi pascadiklat manajemen kebencanaan untuk mengetahui seberapa jauh kontribusi pendidikan dan pelatihan manajemen kebencanaan terhadap kinerja alumni, adapun tujuan penelitian evaluasi pascadiklat ini adalah sebagai berikut.
1.Untuk mengetahui tingkat perbaikan kinerja alumni, yaitu perbaikan tindak kerja alumni yang berkaitan dengan tujuan program diklat manajemen kebencanaan.
2.Untuk mengetahui tingkat pendayagunaan alumni, yaitu seberapa jauh pelibatan alumni dalam kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya dalam pelatihan.
3.Untuk mengetahui tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan, yaitu seberapa jauh kesesuaian materi pelajaran untuk dapat diterapkan dan menunjang kinerja instansi.

F. Manfaat
Manfaat evaluasi pascadiklat Manajemen kebencanaan adalah sebagai berikut.
1.Mengetahui persepsi umum alumni terhadap proses manajemen kebencanaan.
2.Umpan balik dalam rangka perbaikan program kediklatan.
3.Mendapatkan Informasi sebagai bahan penentuan kebijakan tindak lanjut pengembangan sumberdaya manusia aparatur, khususnya dalam manajemen kebencanaan di Pemerintah Provinsi D.I.Y.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat keberhasilan suatu pelatihan memerlukan feed back atau umpan balik dari berbagai pihak. Hal inilah yang melandasi pentingnya kegiatan evaluasi pascadiklat dilakukan. Efektifitas dan efisiensi suatu pelatihan perlu dilakukan evaluasi yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Selain itu, evaluasi pelatihan juga dipergunakan sebagai dasar untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada baik dalam aspek materi pelatihan, aspek penyelenggaraan, proses belajar maupun aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan pelatihan tersebut. Untuk itu, ada berbagai cara evaluasi yang dapat dipergunakan, baik untuk mengetahui "suasana pelatihan", efektifitas metoda dan media, kemampuan fasilitator, maupun efektifitas penyelenggaraan pelatihan itu sendiri. Dalam Pendidikan Orang Dewasa, evaluasi pelatihan lebih banyak ditekankan pada aspek "perubahan tingkah laku" daripada yang bersifat peningkatan pemahaman. Oleh karena itu, evaluasi pelatihan lebih banyak dilakukan secara partisipatif yang melibatkan seluruh komponen pelatihan.

A. Pengertian Evaluasi
Beberapa peristilahan yang sepadan tetapi berbeda maknanya sehubungan dengan pengertian evaluasi dapat ditinjau dari pemahaman pengertian evaluasi, yaitu ditinjau dari pengertian “evaluasi” (evaluation), “pengukuran” (measurement), dan “penilaian” (assessment). Ketiga peristilahan tersebut dalam penelitian ini mengandung makna dan maksud yang sama, dan tahapannya dilakukan semuanya.
Evaluasi merupakan salah satu tahapan dalam manajemen: "Controlling". Menurut Blaire R. Worthen (1986) "… Evaluation is one of the most widely discussed but little used…". Untuk dapat mengevaluasi suatu program perlu Penguasaan Teknik Evaluasi dan menghilangkan "Culture Barrier". Diantaranya adalah mampu melakukan kegiatan evaluasi terhadap kegiatan sesuai tupoksi serta mengubah mental set yang resisten terhadap kegiatan evaluasi menjadi pendorong perbaikan program.
Evaluasi didefinisikan sebagai upaya yang seksama untuk mengumpulkan, menyusun dan mengolah fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja dan lain-lain mengenai sesuatu (barang, program, kegiatan, organisasi, pekerjaan dan lain-lain) serta menggunakan kesimpulan itu dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan (Sarbini, 1995).
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan (Arikunto dan Safrudin, 2009).

B. Tahapan Evaluasi
Tahapan evaluasi menurut Blain R. Sanders & James R. Sanders, 1984 adalah sebagai berikut:
1. Pemfokusan Evaluasi (Delineating)
•Subyek Evaluasi
•Jenis Data yang akan diambil
•Cara pengambilan data
2. Pengumpulan dan Analisa Data (Obtaining)
•Sumber data
•Jenis data
•Populasi dan metode sampling
•Cara/metode serta instrumen pengumpulan data
3.Penyimpulan, Perumusan dan Penyajian Informasi Hasil Evaluasi (Providing)
•Kinerja program/kegiatan beserta komponennya
•Rumusan alternatif

C. Metoda Evaluasi
Metode evaluasi dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu.
1.Metode Kuantitatif, yaitu metode yang berbasis data kuantitatif dengan teknik analisis data berdasarkan kalkulasi statistik.
2.Metode Kualitatif, yaitu metode yang berbasis data kualitatif.
Fokus pada obyek evaluasi melalui variabel-variabel kegiatan dan informasi kegiatan. Penentuan rencana kerja meliputi penetapan rencana pelaporan, penetapan prioritas kegiatan, penetapan anggota tim dan ketugasannya, dan Penetapan jadwal.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dari sumber data, Pengumpulan data melalui data sekunder, pengumpulan dari sumber data yang lain, dan data dari pengalaman evaluator. Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data adalah durasi waktu, sebaran lokasi sumber data, biaya yang tersedia, dan hambatan dari responden.
Analisa data dilakukan dengan mengggunakan pendekatan yang tepat dan mudah pengoperasiannya, alokasikan waktu yang panjang, konsultasi dengan ahli, konsultasi dengan user.
Dalam penyimpulan dan perumusan rekomendasi harus link and match dengan tujuan semula, rumusan alternatif rekomendasi harus jelas, skala prioritas terhadap hasil rekomendasi, rekomendasi bersifat operasional baik dari aspek teknis maupun anggaran.
Evaluasi input meliputi kesiapan bahan, kesiapan peralatan, kesiapan tenaga kerja. Evaluasi proses yaitu cara/metoda, sekuensi/pentahapan, alokasi waktu. Evaluasi output untuk mengetahui sesuatu apa yang langsung dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan. Evaluasi outcome menekankan terhadap kinerja/produk sesuai standarisasi yang ada.

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian melingkupi deskripsi obyek evaluasi, kriteria evaluasi penilaian metode kuantitatif, serta kriteria evaluasi penilaian metode kualitatif. Metode tersebut merupakan bentuk pendekatan analisis terhadap permasalahan yang ada, dengan mempergunakan parameter-parameter yang berkaitan dengan proses selama pendidikan dan pelatihan dan penerapannya di instansi.

A. Deskripsi Obyek Evaluasi
Deskripsi obyek evaluasi pascadiklat adalah sebagai berikut.
1.Obyek evaluasi adalah Alumni Diklat Manajemen kebencanaan.
2. Peserta
Peserta pelatihan adalah pengelola keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Propinsi DIY, Kabupaten, dan Kota di Wilayah Provinsi DIY, dengan Jumlah peserta diklat Manajemen kebencanaan. Persyaratan peserta sebagai berikut:
a.Moral yang baik.
b.Dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan organisasi.
c.Kemampuan menjaga reputasi diri dan instansinya.
d.Jasmani dan rohani yang sehat.
e.Motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kompetensi.
f.Prestasi yang baik dalam melaksanakan tugas.
g.Diusulkan oleh Kepala Instansi yang bersangkutan.
h.Dinyatakan lulus seleksi administratif oleh Penyelenggara.
3. Pengajar
Materi pelajaran disampaikan oleh para pengajar atau penceramah yang didampingi moderator, serta pembimbing kertas kerja yang berasal dari.
a.Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi D.I.Y.
b.Pakar di bidangnya.
c.Widyaiswara Provinsi D.I.Y.

B. Kriteria Evaluasi Penilaian Metode Kuantitatif
Data yang diambil dari responden adalah data penilaian responden terhadap alumni, sehingga pengukuran yang dihasilkan merupakan pengukuran kinerja yang sesungguhnya tetapi lebih merupakan persepsi responden terhadap kinerja alumni. Skor jawaban dengan menggunakan skala Likert (5 pilihan) dengan skor minimal = 1 dan skor maksimal = 5.
Jawaban responden terhadap kuesioner yang telah diberikan kepada alumni diklat Manajemen kebencanaan, kemudian disusun dan diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) indikator atau variabel, yaitu indikator tingkat perbaikan kinerja alumni, indikator pendayagunaan alumni, dan indikator tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan.
Masing-masing variabel diberikan penilaian atau skor pada tiap-tiap bagian pertanyaan. Total skor yang dicapai masing-masing responden kemudian diklasifikasikan ke dalam 5 kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik, dan memuaskan.
Jumlah pertanyaan menentukan dalam penentuan kategori yang dipergunakan untuk mengukur variabel. Jumlah pertanyaan yang ada dalam tiap variabel yang terdapat dalam kuesioner yang ditujukan kepada responden alumni diklat, adalah sebagai berikut.
1.Pertanyaan Pilihan Berganda (Multiple Choice).
a.Untuk variabel tingkat perbaikan kinerja alumni : 10 soal.
b.Untuk variabel pendayagunaan alumni : 10 soal.
c.Variabel tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan: 20 soal.
2.Pertanyaan Terbuka sebanyak 6 buah pertanyaan.
Dari jumlah pertanyaan tersebut kriteria penilaian yang dapat dijadikan sebagai kategori penilaian adalah sebagai berikut.
1.Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden sebanyak 10 buah.
Jawaban pertanyaan keseluruhan untuk satu responden mempunyai skor maksimum = 50 dan skor minimum = 10. Interval skor dapat dihitung dengan mempergunakan perhitungan sebagai berikut.
Interval = skor maksimum – skor minimum
Jumlah kategori

= 50 – 10
5

= 8

Interval yang diperoleh dipergunakan untuk menggolongkan kategori adalah sebagai berikut.
a. Kategori Sangat Kurang : ≤ 18
b. Kategori Kurang : 19 - 26
c. Kategori Sedang : 27 - 34
d. Kategori Baik : 35 - 42
e. Kategori Memuaskan : > 42

2. Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden sebanyak 22 buah.
Jawaban pertanyaan keseluruhan untuk satu responden mempunyai skor maksimum = 110 dan skor minimum = 22. Interval skor dapat dihitung dengan mempergunakan perhitungan sebagai berikut.
Interval = skor maksimum – skor minimum
Jumlah kategori

= 110 – 22
5

= 17,6

Interval yang diperoleh dipergunakan untuk menggolongkan kategori adalah sebagai berikut.
a. Kategori Sangat Kurang : ≤ 40
b. Kategori Kurang : 41 - 58
c. Kategori Sedang : 59 - 76
d. Kategori Baik : 77 - 94
e. Kategori Memuaskan : > 94

3. Kriteria Penilaian Hasil Rerata Keseluruhan
Kriteria penilaian kuantitatif yang lain didasarkan pada hasil rerata dari seluruh skor penilaian setiap variabel. Nilai atau skor hasil dari jawaban responden dirata-rata setiap variabel, kemudian hasil rata-rata tersebut kesimpulan hasil evaluasi dapat dilihat dari kriteria penggolongan kategori sebagai berikut.
a. Kategori Sangat Kurang : 0 - 1
b. Kategori Kurang : ≥ 1 - 2
c. Kategori Sedang : ≥ 2 - 3
d. Kategori Baik : ≥ 3 - 4
e. Kategori Memuaskan : ≥ 4
C. Kriteria Evaluasi Penilaian Metode Kualitatif
Evaluasi penilaian dengan metode kualitatif didasarkan dari hasil jawaban responden atas pertanyaan terbuka di dalam kuesioner. Beberapa jawaban yang sama dirangkum menjadi kesimpulan. Jawaban yang berbeda-beda tetap menjadi bahan kesimpulan evaluasi pascadiklat. Meskipun jawaban orang-perorang dari responden diakui mempunyai kelemahan yang berkecenderungan subyektif, tetapi jawaban tersebut tetap diinventarisasi dengan tujuan ke arah penyempurnaan proses penyelenggaraan diklat Manajemen kebencanaan. Untuk menghindari isian yang subyektif, jawaban yang sifatnya kualitatif dilakukan pendekatan kuantitatif dengan menghitung jumlah setiap pendapat yang diberikan oleh responden.
Evaluasi penilaian dengan metode kualitatif tersebut dideskripsikan untuk membuat gambaran secara obyektif, sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarvariabel yang diselidiki yan berkaitan dengan dengan peristiwa atau situasi dan kondisi selama pelatihan. Fenomena atau peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan proses pelaksanaan diklat tersebut berkaitan dengan tindaklanjut diklat Manajemen kebencanaan, kualitas bahan ajar, sarana dan prasarana belajar, materi pelajaran, widyaiswara, nara sumber, instruktur, panitia, pendamping, dan konsumsi.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Jumlah Data yang Terkumpul
Dari keseluruhan target responden yang diundang dalam pertemuan pengisian kuesioner yaitu sejumlah kurang lebih 34 orang alumni diklat Manajemen kebencanaan, data yang terkumpul berjumlah 28 eksemplar (31,11%) dari alumni diklat Manajemen kebencanaan (Tabel 1).
Tabel 1. Jumlah Kuesioner Terkumpul

No. Responden Jumlah Target Populasi Data Masuk Persentase
1. Alumni 34 28 82,35
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2010

B. Variabel Perbaikan Kinerja Alumni
1. Jumlah Pertanyaan
Untuk mengetahui tingkat perbaikan kinerja alumni diberikan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan untuk diisi alumni diklat Manajemen kebencanaan. Pertanyaan tersebut menggambarkan pengaruh diklat terhadap tingkat kompetensi alumni yang berkaitan dengan Manajemen kebencanaan.
2. Kecenderungan Penilaian
Perlu dikelaskan bahwa responden tidak diberikan prediktor masing-masing item kuesioner untuk menentukan besaran penilaian, oleh karena itu kualitas jawaban sangat tergantung dari kemampuan atau sikap responden terhadap alumni pelatihan. Namun dari peta jawaban dapat dilihat bahwa kecenderungan jawaban responden dari alumni dapat dikatakan sama. Secara rinci kecenderungan jawaban responden dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 2).
Tabel 2. Kecenderungan Responden Alumni Diklat terhadap Tingkat Perbaikan Kinerja Alumni Diklat Manajemen kebencanaan

No. Tingkat Perbaikan Kinerja Alumni Jumlah Persentase
1.
2.
3.
4.
5. Kurang Sekali (< 18)
Kurang (19 – 26)
Sedang (27 - 34)
Baik (35 – 42)
Memuaskan (> 42) 0
1
7
14
6 0,00
3,57
25,00
50,00
21,42
Jumlah keseluruhan 28 100,0
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2010
Dari hasil analisa rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 3,68, hal ini menunjukkan tingkat perbaikan kinerja alumni diklat Manajemen kebencanaan dalam kategori baik.

C. Variabel Pendayagunaan Alumni
1. Jumlah Pertanyaan
Untuk mengetahui tingkat perbaikan kinerja alumni diberikan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan untuk diisi alumni diklat Manajemen kebencanaan. Pertanyaan tersebut menggambarkan pengaruh diklat terhadap tingkat pendayagunaan alumni yang berkaitan dengan Manajemen kebencanaan.
2. Kecenderungan Penilaian
Secara rinci kecenderungan jawaban responden dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 3).
Tabel 3. Kecenderungan Responden Alumni Diklat terhadap Tingkat Pendayagunaan Alumni Diklat Manajemen kebencanaan

No. Tingkat Pendayagunaan Alumni Jumlah Persentase
1.
2.
3.
4.
5. Kurang Sekali (< 18)
Kurang (19 - 26)
Sedang (27 - 34)
Baik (35 - 42)
Memuaskan (> 42) 4
9
7
7
1 14,29
32,14
25,00
25,00
3,57
Jumlah keseluruhan 28 100,0
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2010

Dari hasil analisa rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 2,81. Hal ini menunjukkan tingkat pendayagunaan alumni diklat Manajemen kebencanaan dalam kategori sedang.

D. Variabel Tingkat Kesesuaian Pengetahuan dan Ketrampilan selama Diklat dengan Kebutuhan Kompetensi di Lapangan.
1. Jumlah Pertanyaan
Untuk mengetahui tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan, responden diberikan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan untuk diisi alumni diklat Manajemen kebencanaan. Pertanyaan tersebut menggambarkan penilaian pada materi pada setiap mata pelajaran dalam diklat Manajemen kebencanaan.
2. Kecenderungan Penilaian
Secara rinci kecenderungan jawaban responden dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 4).
Tabel 4. Kecenderungan Responden Alumni Diklat terhadap Tingkat Kesesuaian Pengetahuan dan Ketrampilan selama Diklat dengan Kebutuhan Kompetensi di Lapangan

No. Tingkat Kesesuaian Pengetahuan dan Ketrampilan selama Diklat dengan Kebutuhan Kompetensi di Lapangan menurut Alumni Diklat Manajemen kebencanaan Jumlah Persentase
1.
2.
3.
4.
5. Kurang Sekali (< 40)
Kurang (41 - 58)
Sedang (59 - 76)
Baik (77 - 94)
Memuaskan (> 94) 0
4
14
9
1 0,00
14,29
50,00
32,14
3,57
Jumlah keseluruhan 28 100,0
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2010
Dari hasil analisa rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 3,59. Hal ini menunjukkan tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan termasuk dalam kategori Baik.

E. Hasil Evaluasi Penilaian Metode Kualitatif
Evaluasi penilaian metode kualitatif dianalisis berdasarkan hasil dari para responden yang mengisi atau memberikan jawaban Jawaban atas pertanyaan terbuka. Dari jawaban responden yang masuk diperoleh masukan sebagai berikut (Tabel 5, 6, 7, 8, 9,10).

1. Tindaklanjut Diklat Manajemen kebencanaan
Tabel 5. Masukan Responden terhadap Tindak Lanjut Diklat Manajemen kebencanaan

No. Masukan Jumlah
Pendapat
Peserta
Perlu ditindaklanjuti agar lebih ditingkatkan, karena Provinsi DIY sangat rawan bencana:
Diklat ini akan membantu dalam rangka pengurangan resiko bencana.
Untuk meningkatkan kemampuan bagi PNS dan menjadi kewajiban apabila ada bencana mempelopori terdepan di masyarakat.
Peningkatan strata berdasar pada bencana yang terjadi
Koordinasi antaralumni diklat sesuai dengan tupoksi instansi guna meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam.
Perlu ada tambahan ilmu pengetahuan tentang SAR.
Masyarakat sangat perlu diberi pengetahuan tentang manajemen kebencanaan.
Generasi penerus siap menghadapi bencana
Sangat perlu bagi individu baik PNS maupun Non PNS.
Sangat perlu untuk menyamakan persepsi dalam penanggulangan bencana, kadang-kadang di meja dan di lapangan ada sedikit perbedaan dan kurang pas dalam pelaksanaan.
Sangat perlu
Masing-masing instansi diperbanyak pesertanya.
Pengetahuan dapat diterapkan sesuai tupoksi masing-masing.
Menambah wawasan dalam menanggulangi bencana yang ada di Yogyakarta.
Mengarah kepada latihan-latihan dari perencanaan sampai evaluasi.
Sangat diperlukan dan ditindaklanjuti dalam rangka tanggap darurat akibat bencana alam erupsi Gunung Merapi terhadap sekolah.
Perlu karena peserta diklat benar-benar memahami akan pentingnya penanggulangan bencana.
Perlu ditindaklanjuti dengan peserta yang masih berusia muda.
Perlu ditindaklanjuti bagi yang mengikuti diklat diberikan tugas masalah kebencanaan.Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2010
2. Saran Terhadap Bahan Ajar
Tabel 6. Masukan Responden terhadap Bahan Ajar
No. Masukan Jumlah
Pendapat
Peserta
Perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi, mengikuti perkembangan yang ada pada saat ini. Kurang praktek penanganan dan evakuasi korban bencana alam.
Sudah cukup memadai/baik.
Sudah bagus.
Perlu adanya modul bagi peserta.
Sangat kurang.
Perlu ditambah.
Ditambah materi membangun responsivitas kebencanaan.
Yang terpenting bagaimana alumni mengaplikasikannya di lapangan.
Diperlukan teori dan aplikasinya.
Perlu lebih diperkaya dan ditingkatkan lagi.1111111.
Perlu adanya semacam orientasi lapangan, praktek,simulasi.
Praktek dalam bentuk makalah.
Sosialisasi pemahaman UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Ditambah, seperti kendaraan untuk keluar masuk daerah panas/Lumpur.
Sudah sesuai materinya hanya terlalu singkat.
Dilengkapi dengan pengisian form-form yang digunakan dalam pekerjaan sehari-hari.Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2010


3. Saran Terhadap Sarana Dan Prasarana Belajar
Tabel 7. Masukan Responden terhadap Sarana dan Prasarana Belajar
No. Masukan Jumlah
Pendapat
Peserta
Perlu ditingkatkan dan lebih banyak lagi.
Perlu alat-alat praktek, seperti masker standar militer, tabung oksigen, penggunaan radio komunikasi (HT), dll.
Cukup memadai/baik/memuaskan.
Perlu diperbaiki fasilitasnya.
Dilengkapi sarana dan prasarana yang sesuai.
Tanda waktu pelajaran, makan, dan jam ibadah diperjelas jangan sampai berlebihan.
Perlu pengenalan terhadap alat dan peraga penanggulangan bencana.
Pembuatan bahan ajar kegunungapian dan gempabumi.
Sudah bagus.
Sangat baik.
Kurang, karena peralatan dan tempat sangat terbatas.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2010

4. Saran Terhadap Materi Pembelajaran
Tabel 8. Masukan Responden terhadap Materi Pembelajaran
No. Masukan Jumlah
Pendapat
Peserta
Perlu adanya praktek lapangan, secara teknis lapangan: apa yang perlu dilakukan pada tahapan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi, untuk lebih professional di lapangan.
Perlu kegiatan praktek penanganan korban bencana.
Lebih berurutan antara materi yang satu dengan yang lain.
Sangat sesuai
Dapat dan Mudah dipahami/diterima.
Cukup.
Jam pelajaran terbatas
Perlu disesuaikan dengan kebutuhan.
Perlu ditambah lagi biar lebih banyak ilmu yang didapatkan.
Bagus, dipertahankan apabila perlu ditingkatkan mutunya.
Perlu lebih detil terhadap bencana yang sering terjadi di wilayah DIY.
Ditambah kegiatan outbound.
Jangan terlalu banyak buku/cetakan, lebih ke praktek saja.
Perlu simulasi kebencanaan, khususnya saat instansi melakukan pelayanan umum, karena pada saat bencana terjadi antara teori dengan kenyataan yang ada tidak sesuai, tergantung kondisinya.
Materi tentang SAR kurang.
Perlu ditambah materi baru/diperluas, misalnya studi kasus bencana yang baru-baru terjadi, peta daerah rawan bencana.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2010

5. Saran Terhadap Pengajar
Tabel 9. Masukan Responden terhadap Pengajar
No. Masukan Jumlah
Pendapat
Peserta
Cukup baik/memahami.
Sangat cukup perlu dicontoh.
Sudah sesuai
Sangat baik dan komunikatif.
Narasumber adalah benar-benar pelaku manajemen kebencanaan, bukan ahli yang menguasai teori.
Perlu disesuaikan dengan kebutuhan
Sopan dan bisa dimengerti
Dibutuhkan yang mumpuni
Perlu melibatkan orang-orang yang pernah menjadi pelaku/relawan penanggulangan bencana, sehingga bisa menggambarkan apa yang dilakukan.
Perlu disinkronkan dengan praktisi.
Perlu ditambah dari ahli-ahli Vulkanologi (BPPTK) dan Kegempaan.
Usahakan yang menguasai masalah dan pernah mengalaminya.
Perlu ditambah lagi yang berpengalaman dalam penanganan bencana.
Bagus/baik.
Pengajar dari militer/SAR/BNPB/PMI yang berkompeten.
Kurang, karena ada beberapa narasumber yang memberikan 2 materi, perlu adanya penambahan narasumber. 10
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2010
6. Saran Terhadap Panitia, Pendamping, Dan Konsumsi
Tabel 10. Masukan Responden terhadap Panitia, Pendamping, dan Konsumsi

No. Masukan Jumlah
Pendapat
Peserta
cukup baik/lumayan/bagus/memadai.
Konsumsi sudah lumayan
Konsumsi perlu ada peningkatan
Pendamping kurang aktif sehingga perlu ditingkatkan
Panitia harus lebih aktif.
Lebih dari cukup
Tidak pernah mengecewakan
Sopan dan disiplin, ramah, supel, dan menyenangkan.
Sangat bagus/baik.
Lebih/perlu ditingkatkan.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2010


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hasil evaluasi pascadiklat Manajemen kebencanaan didasarkan dari hasil kuesioner terhadap alumni diklat diklat Manajemen kebencanaan. Dari data dan uraian dalam analisis dan pembahasan, maka dalam upaya mengetahui kontribusi pendidikan dan pelatihan manajemen kebencanaan terhadap kinerja alumni dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.Menurut persepsi alumni terdapat kecenderungan terbesar terjadi perbaikan tingkat kinerja alumni yang baik (50,00%). Hasil rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 3,68 termasuk dalam kategori baik.
2.Tingkat pendayagunaan alumni menurut persepsi alumni mempunyai kecenderungan terbesar dalam pendayagunaan alumni yang sedang (25,00%) dan baik (25.00%). Hasil rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 2,81 termasuk dalam kategori sedang.
3.Tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan menurut persepsi alumni mempunyai kecenderungan terbesar mempunyai tingkat kesesuaian yang baik (50,00%). Hasil rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 3,59 termasuk dalam kategori baik.
4.Hasil analisa kualitatif menunjukkan perlunya tindaklanjut diklat Manajemen kebencanaan dalam bentuk penyelenggaraan diklat lanjutan. Beberapa jawaban responden atas pertanyaan terbuka tentang bahan ajar, sarana prasarana, materi pembelajaran, pengajar, pendamping, dan konsumsi menunjukkan adanya variasi jawaban yang perlu dianalis lebih lanjut untuk mengurangi kecenderungan kesimpulan jawaban yang subyektif.

B. SARAN
1.Melihat hasil evaluasi yang mempunyai kecenderungan adanya peningkatan kompetensi alumni diklat yang baik, diharapkan diklat Manajemen kebencanaan dapat dipertahankan penyelenggaraannya setiap tahun anggaran dengan materi yang selalu mengikuti perkembangan peraturan-peraturan manajemen kebencanaan.
2.Simulasi, praktek, orientasi ke lapangan perlu dilakukan untuk menambah ketrampilan aplikatif pengelolaan kebencanaan yang sedang atau telah terjadi di daerah rawan bencana.
3.Dukungan dari para top manajer di Pemerintah Provinsi D.I.Y. perlu ditingkatkan, guna menambah eksistensi diklat Manajemen kebencanaan di jajaran aparatur Pemda Provinsi D.I.Y.
4.Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Manajemen kebencanaan diharapkan dapat berlangsung secara terpadu dan berkesinambungan, antara pilar-pilar diklat yaitu kelembagaan diklat, program diklat, sumberdaya penyelenggara diklat, dan widyaiswara dengan dukungan penuh seluruh instansi dan policy maker dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia aparatur Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Pratista, A. 2005. Aplikasi SPSS10.05 dalam Statistik dan Rancangan Percobaan. CV. Alfabeta. Bandung.
Deliveri Organization. 2006. Modul 15 Evaluasi Program Pelatihan. www.deliveri.org/guidelines/training/tm15/tm15_modul15i.htm. 27-6-2006.
Djarwanto, P.S., Subagyo, P.1985. Statistik Induktif. BPFE. Yogyakarta.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hal. 151.
Arikunto, A., Safrudin A.J., C. 2010. Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Bumi Aksara. Edisi 2. Jakarta.