Rabu, 31 Agustus 2011

FISIOGRAFI EKOSISTEM GUNUNGAPI MERAPI


Gunungapi Merapi merupakan gunungapi tipe andesitik-basaltik terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Puncak Merapi mempunyai ketinggian sekitar 2.986 m d.p.l. Oleh karena aktivitas yang hampir terus menerus, kawah dan puncak Merapi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Meskipun letusannya tergolong kecil dibanding gunungapi lainnya, tingkat bahaya di gunungapi cukup tinggi karena adanya awanpanas yang selalu menyertai erupsi dan populasi yang padat di sekitar gunung (Ratdomopurbo, dkk., 2000).
Secara morfologi tubuh Gunungapi Merapi dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu Kerucut Puncak, Lereng Tengah dan Lereng Kaki dan Dataran Kaki (Sari, 1992 dalam Ratdomopurbo, dkk. 2000). Kerucut puncak dibangun oleh endapan paling muda berupa lava dan piroklastik. Satuan lereng tengah dibangun oleh lava, piroklastik dan lahar. Lereng kaki dan dataran kaki tersusun dari endapan piroklastik, lahar dan aluvial. Sebaran hasil letusan berpengaruh pada perubahan bentuk morfologi, terutama bibir kawah dan lereng bagian atas. Pusat longsoran terjadi di puncak Merapi, pada tubuh kubah lava biasanya pada bagian bawah yang merupakan akibat dari terdistribusikan tekanan di bagian bawah karena bagian atas masih cukup kuat karena beban material. Lain halnya dengan bagian bawah yang akibat dari desakan menimbulkan zona-zona lemah yang kemudian merupakan pusat-pusat guguran (Ratdomopurbo, dkk., 2000).
Hasil letusan dari gunungapi dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian utama, yaitu breksi vulkanik (lahar), pasir dan abu vulkanik dan lava, baik lava flow maupun lava dome. Lebih lanjut, breksi vulkanik dapat diperinci menjadi lahar dingin (aliran lumpur dingin), lahar panas (aliran lumpur panas), ladu, awan panas (nuees ardentes) dan gelinciran tubuh gunungapi muda, sedangkan pasir dan abu vulkanik sering disebut dengan tuff. Pada mulanya, kata lahar hanya digunakan di Indonesia untuk menyebut breksi vulkanik yang tertransport oleh air. Tetapi sekarang nama ini telah dikenal dalam literatur-literatur geologi dan vulkanologi. Lahar merupakan aliran lumpur yang mengandung hancuran dan blok batuan vulkanik. Lahar ini dapat mencapai ketebalan belasan meter. Lahar dingin terbentuk adanya hujan lebat yang menyapu material-material lepas di atas gunungapi atau mungkin juga karena adanya gempa bumi yang kemudian mengakibatkan terjadinya lahar dari atas kepundan. Lahar panas terjadi sebagai akibat proses pengosongan isi kawah karena letusan gunungapi atau runtuhnya dinding kawah gunungapi, air yang ada dalam kawah bercampur dengan material vulkanik panas dan meluncur ke bawah (Wisyanto, 2001).
Material-material hasil erupsi Gunungapi Merapi tersebut dapat menghasilkan potensi sumberdaya alam yang berupa pasir dan batu, diantaranya tersebar pada alur-alur sungai di sekeliling Gunung Merapi. Salah satunya adalah di Sungai Boyong, Sungai Boyong merupakan alur sungai yang berhulu di antara Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di lereng selatan Gunungapi Merapi. Alur Sungai Boyong melintas tengah kota Yogyakarta menjadi Sungai Code. Endapan material terbaru Sungai Boyong adalah endapan awan panas letusan 22 Nopember 1994, sebesar sekitar 3 juta m3 yang tersebar hingga radius 6,5 km dari puncak Merapi. Sebagian endapan material ini sudah tererosi menjadi lahar yang tertampung di dalam beberapa check dam yang dibangun di alur sungai ini. Endapan lahar tersebut dieksploitasi masyarakat sebagai bahan galian golongan c ( Muzani dkk., 2003). Potensi ini sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia yang perlu dikembangkan pemanfaatannya dan dikelola dengan sistem manajemen terpadu dan berkelanjutan.

REFERENSI
1.Muzani, M., Panut, Asman, Julianto. 2003. Laporan Pengamatan Lahar Gunung Merapi. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Yogyakarta.
2.Ratdomopurbo, A., Sulistiyo, Y., Suharna. 2000. Prekursor Erupsi Gunung Merapi. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Direktorat Vulkanologi. Yogyakarta.
3.Ratdomopurbo, A., Andreastuti, S.D. 2000a. Evolusi 100 Tahun Morfologi Gunung Merapi. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Direktorat Vulkanologi. Yogyakarta.
4.Ratdomopurbo, A., Andreastuti, S.D. 2000b. Karakteristik Gunung Merapi. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Direktorat Vulkanologi. Yogyakarta.
5.Wisyanto. 2001. Perencanaan Mitigasi Bencana Gunungapi melalui Pengenalan Sifat dan Perioda Letusannya. Jurnal Air, Lahan, Lingkungan dan Mitigasi Bencana Alami. Volume 6 Nomor 2 Tahun 2001. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengembangan Sumberdaya Lahan dan Kawasan (P3TPSLK), Deputi Bidang Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Alam, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Jakarta. Hal. 38-41.























youtube downloader, utorrent

Rabu, 24 Agustus 2011

PETA ZONASI ANCAMAN BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA


http://geospasial.bnpb.go.id/2011/02/23/peta-zonasi-ancaman-bencana-gerakan-tanah-di-indonesia/