Kamis, 28 Februari 2013

TEMA DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN II 2013 BADAN DIKLAT D.I.Y.

IMPLEMENTASI KECERDASAN SPIRITUAL

Implementasi kecerdasan spiritual dalam kehidupan berorganisasi, khususnya di kalangan birokrasi akan berdampak positif bagi setiap aparatur penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Aparatur yang sadar terhadap perubahan sikap dan perilaku akan meningkatkan integritas dengan berperilaku jujur, konsisten, dan tegas sesuai dengan kode etik PNS.


Penerapan Kecerdasan Spiritual dalam rangka peningkatan organisasi memerlukan rencana tindak lanjut yang terprogram. Program dibuat untuk perencanaan target-target perubahan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan prestasi kerja dari organisasi. Program dapat dibuat oleh masing-masing individu atau per kelompok kerja dalam organisasi aparatur pemerintah. Penerapan kecerdasan spiritual dalam menjalankan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi aparatur tersebut bekerja memerlukan penanaman pentingnya perubahan yang tulus dari dalam hati, perubahan yang konsisten memenuhi komitmen, dan pembiasaan yang terus menerus dilakukan.

Menurut AA Gym dalam Sovia Emmy (2011) perlu 4 hal dalam pola pembinaan SDM, yaitu.
1. Adanya keteladanan
2. Adanya pendidikan yang berkesinambungan.
3. Adanya sistem yang kondusif.
4. Dilandasi dengan kekuatan ibadah.

Tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik menurut Danah Zohar (2002) mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
2. Tingkat kesadaran yang tinggi.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
7. Kecenederungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan holistik).
8. Kecenederungan nyata untuk bertanya mengapa? Atau bagaimana jika? Untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
9. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai bidang mandiri yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.