Senin, 31 Desember 2012

BUKTI ILMIAH KECERDASAN SPIRITUAL DALAM PEMBERDAYAAN SDM ORGANISASI

Menurut Peter Senge (2006) “pada intinya, setiap organisasi adalah produk dari bagaimana anggotanya berfikir dan berinteraksi satu sama lain. Organisasi tidak dapat lagi dipandang seperti benda”. Organisasi yang baik kinerjanya tergantung dari pemikiran bersama dari setiap anggota-anggota yang ada di dalamnya. Dari partisipasi masing-masing anggota secara aktif berkontribusi positif terhadap organisasinya akan membawa organisasi menjadi lebih berkinerja secara optimal.
Perilaku para aparatur yang berhasil mendapatkan sentuhan kecerdasan spiritual akan terlihat pada konsep diri yang dimilikinya, cermin diri dari aparatur tersebut akan terlihat keikhlasan yang luar biasa dalam bersikap dan berperilaku. Bekerja sepertinya tanpa pamrih, lebih mengedepankan kewajiban dibandingkan haknya, rajin beribadah, jujur, dan selalu bekerja dengan penuh semangat. Bukti ilmiah kecerdasan spiritual dalam pemberdayaan sumberdaya manusia organisasi dapat terlihat pada aktivitas aparatur pada lembaga dimana mereka bekerja.
Banyak bukti ilmiah mengenai SQ, penelitian-penelitian yang diantaranya dilakukan oleh: (1) neuropsikologi Michael Persinger di awal 1990-an, dan 1997 oleh neurolog Ramachandran bersama timnya di Universitas California mengenai adanya “titik Tuhan” (God Spot) dalam otak manusia. Melalui pengamatan terhadap otak dengan topograpi emisi positron, area-area saraf tersebut akan bersinar tatkala subyek penelitian diarahkan untuk mendiskusikan topik spiritual atau agama. (2) penelitian neurolog Austria Wolf Singer di tahun 1990-an tentang “problem ikatan” membuktikan adanya proses saraf dalam otak yang dicurahkan untuk menyatukan dan memberi makna pada pengalaman kita, semacam proses saraf yang benar-benar “mengikat” pengalaman kita. Penelitian ini menawarkan isyarat tentang adanya model kecerdasan ketiga yaitu SQ. (3) Terrance Deacon membuktikan dalam penelitiannya bahwa bahasa adalah sesuatu yang unik pada manusia, suatu aktivitas yang pada dasarnya bersifat simbolik dan berpusat pada makna, yang berkembang bersama dengan perkembangan yang cepat dalam cuping-cuping depan otak. Seluruh program penelitian Deacon mengenai evolusi imajinasi simbolis dan perannya dalam evolusi sosial dan otak mendukung kemampuan kecerdasan yang kita sebut SQ (Zulkifli Sidiq, dalam http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196010151987101-ZULKIFLI_SIDIQ/SPIRITUAL_QUOTIENT.pdf diakses tanggal 5-10-2012).