Kamis, 02 Agustus 2012

BELAJAR PENGELOLAAN PARIWISATA DARI NEGERI SEBERANG

Pariwisata merupakan potensi sumberdaya pembangunan bagi setiap pemerintah daerah di Indonesia. Potensi tersebut akan menjadi aset utama dan membangkitkan perekonomian lokal apabila pemerintah secara konsekuen membuat program pengelolaan pariwisata dan melaksanakan program tersebut secara terpadu dan berkelanjutan. Lingkup pengelolaan pariwisata saat ini perkembangannya sangat luas dan menyangkut peranan dan fungsi masing-masing stakesholders yang langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pengelolaan pariwisata. Artinya setiap pengelolaan destinasi wisata perlu melibatkan sektor-sektor yang terkait. Pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu duduk bersama membahas prospeksi ke depan dari setiap destinasi wisata yang ada di wilayah pemerintah daerah masing-masing, sehingga akan diperoleh bentuk komitmen bersama dalam pengelolaan pariwisata suatu daerah. Prospeksi ke depan suatu kawasan wisata menjadi tolok ukur keberhasilan perlu dan tidaknya kawasan tersebut dikembangkan potensi   pariwisatanya, karena tanpa perencanaan ke depan yang jelas ke depan akan menimbulkan kesan memaksakan kawasan wisata tersebut untuk dikembangkan. Sebab tidak setiap potensi wisata akan berhasil menjadi prospektif, dan tidak setiap potensi wisata dikembangkan, perlu dilihat terlebih dahulu studi kelayakannya terutama dari sisi rencana tata ruang wilayah yang ada. Pemerintah perlu mempelopori penetapan kawasan-kawasan mana yang prospek dan tidak dengan regulasi-regulasi yang diperlukan.
Investasi dengan dukungan peraturan-peraturan yang legal formalnya jelas akan memberikan rasa aman dan ketenangan bagi para investor untuk tidak tanggung-tanggung menanamkan modalnya dalam upaya pengembangan destinasi wisata suatu kawasan. Banyak contoh destinasi wisata yang berhasil dikembangkan di Indonesia, dan menjadi daya tarik wisatawan-wisatawan baik domestik maupun non domestik. Misalnya kawasan-kawasan wisata di Bali, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Bunaken, Danau Toba, Taman Laut Raja Ampat dan banyak lagi destinasi-destinasi wisata di Indonesia. Akan tetapi tidak salah apabila dalam pengembangan wisata ke depan Pemerintah perlu juga belajar pengelolaan wisata ke depan dari negeri seberang, misalnya Malaysia, yang saat ini mereka sudah merasa bahwa asia atau melayu yang asli itu adalah Malaysia dengan brand image yang dikenalkan yaitu "Malaysia Truly Asia". Sementara Singapura mengenalkan pariwisatanya dengan brand image "Uniquely Singapore", Thailand dengan "Amazing Thailand". Dengan brand image tersebut seolah-olah menunjukkan jati diri bangsa mereka sebagai bangsa yang nomer satu dari keasliannya, keunikannya, dan kehebatannya. Sehingga brand image "Visit Indonesia" perlu dikaji lagi agar lebih membawa dampak atau imajinasi tentang keluarbiasaan dari Indonesia dalam pariwisatanya. Kekonsistensian dalam penggunaan brand image perlu juga ditekankan, sehingga tidak berubah-ubah setiap tahunnya atau setiap ganti pemimpin sebagai pejabat publik yang baru.


Kelemahan mendasar dalam pengelolaan destinasi pada setiap kawasan wisata di Indonesia adalah menata masalah kedisiplinan dari berbagai hal, mulai dari penataan pedagang kaki lima, pengelolaan kebersihan dan pembuangan sampah, transportasi dan aksesibilitas yang sulit, serta penggunaan jalan raya yang terasa sempit sehingga menimbulkan kemacetan, sulitnya mengatur antrian para wisatawan domestik, penataan lahan yang tidak pas dengan peruntukannya, minimnya sarana MCK, dan lain-lain.
Banyaknya masalah tersebut mengingatkan perlunya segera dilakukan pembenahan-pembenahan dan ketegasan dari Pemerintah, kalau konsekuen ingin menata destinasi wisatanya sehingga dapat berkelas dunia dan menjadi favorit di mata dunia internasional. Misalnya masalah penataan pedagang, di Singapura dan Malaysia jarang sekali di sepanjang kanan kiri jalan menuju tempat wisata atau di jalan-jalan umum biasa dijumpai para pedagang yang mempergunakan jalan tempat pejalan kaki. Para pedagang ditempatkan pada suatu kawasan khusus yang ditata rapi dengan tertib disertai sarana dan prasarana yang ada. Sangat jarang bahkan bisa dikatakan sulit dijumpai adanya pedagang asongan. Mereka tertib dan mendisiplinkan diri berjualan pada tempatnya, dan tentu saja dengan kontrol yang terus menerus dalam penegakan aturan yang tegas dari aparat keamanan.
Hampir di setiap tempat mudah dijumpai tempat-tempat pembuangan sampah, bahkan di Jepang tempat pembuangan sampah terbagi menjadi beberapa kotak sampah yang membedakan antara sampah plastik, botol plastik, sampah dapat dibakar, barang-barang yang beracun misalnya baterai. Tempat pembuangan sampah tersebut tersusun rapi dan bersih serta tidak ada yang berani merusaknya.
Banyak hal yang perlu dipelajari dari negeri seberang dalam pengelolaan pariwisata di Indonesia. Hal tersebut dapat dipergunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pengelolaan pariwisata di Indonesia. Oleh karena itu program, target, dan capaian kinerja yang berstandar internasional dari berbagai stakeholders yang terkait dengan pengelolaan pariwisata di Indonesia perlu segera berbenah diri untuk mendisiplinkan semua pihak yang memanfaatkan industri pariwisata sebagai mata pencaharian yang prospek untuk dikembangkan. Pemerintah perlu mempelopori semuanya ini dengan konsekuensi dan tindakan yang tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah diberlakukan. Dengan demikian diharapkan pariwisata di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kearifan lokal masing-masing daerah dengan tetap mengedepankan rasa kenyamanan dan kepuasan para wisatawan.