ABSTRAK
Kontribusi alumni Diklat Training of Trainers (TOT) dapat dilihat dari 3 (tiga) unsur indikator, yaitu indikator tingkat perbaikan kinerja alumni, indikator pendayagunaan alumni, dan indikator tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan. Hasil penelitian dari jawaban 13 (tiga belas) responden yang terdiri dari, 4 orang atasan, 1 orang teman sejawat, dan 8 orang alumni Diklat Training of Trainers (TOT) yang diselenggarakan oleh Badan Diklat Provinsi DIY. secara analisis kuantitatif diperoleh kecenderungan responden hasil perbaikan tingkat kinerja alumni yang baik (46,20%) dan dari hasil rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 3,71 termasuk dalam kategori baik. Tingkat pendayagunaan alumni menurut kecenderungan terbesar responden diperoleh hasil yang sedang (61,50%), hasil rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 2,98 termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan diperoleh kecenderungan terbesar yang memuaskan (76,92%), hasil rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 3,78 termasuk dalam kategori baik. Secara umum hasil analisis kualitatif para peserta menginginkan adanya program diklat dapat dilanjutkan, praktek diperbanyak dibandingkan teori, sarana dan prasarana diklat perlu ditingkatkan, Widyaiswara pengampu materi dapat dijadikan contoh dalam proses pembelaaran, dan pemilihan calon peserta dengan standar kompetensi yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam pelatihan.
Kata kunci: kinerja alumni, pendayagunaan alumni, kebutuhan kompetensi, analisis kuantitatif, kecenderungan terbesar respondeni, rerata skor responden, analisis kualitatif.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan pelatihan aparatur yang dikenal dengan sebutan diklat aparatur saat ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kompetensi seorang aparatur. Aparatur terdiri dari pejabat struktural Eselon IV, Eselon III, Eselon II, Eselon I, pejabat fungsional tertentu, dan staf pelaksana atau fungsional umum. Kompetensi tersebut terdiri dari aspek kognisi, afeksi, dan psikomotoris, sehingga diharapkan dengan terselenggaranya diklat aparatur tersebut para birokrat/aparatur/pegawai negeri sipil (PNS) akan menjadi profesional dalam melaksanakan pelayanan publik maupun tugas dan fungsinya dalam kelembagaan birokrasi.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 198 Pasal 2 menyebutkan bahwa Diklat bertujuan:
1. meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi;
2. menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
3. memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat;
4. menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.
Mengingat pentingnya tujuan diklat aparatur tersebut, maka proses penyelenggaraan suatu diklat aparatur perlu mendapatkan perhatian secara khusus dalam setiap unsur-unsur kediklatan aparatur. Unsur-unsur kediklatan aparatur terdiri dari komponen kelembagaan diklat, widyaiswara, sumberdaya manusia penyelenggara diklat, dan program diklat. Widyaiswara merupakan salah satu komponen dalam diklat aparatur yang memerlukan pembekalan secara teknis dan fungsional. Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi adalah dengan menyelenggarakan Diklat Training of Trainers (TOT). Diklat TOT ini diharapkan dapat membekali peserta dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dalam diklat aparatur memerlukan persiapan para pengajar, pemateri, penyaji, instruktur, narasumber, fasilitator, dan widyaiswara dalam banyak hal diantaranya metode pembelajaran, memilih model-model pembelajaran, mengelola suasana kelas, dan lain-lain. Selain itu penguasaan substansi materi yang akan diajarkan kepada para peserta memerlukan dukungan kompetensi dari para aparatur yang mendapatkan tugas untuk menyampaikan suatu materi pelatihan.
Mengingat pentingnya Diklat Training of Trainers (TOT) dan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan dari diklat ini sudah tercapai, maka diperlukan evaluasi pascadiklat. Evaluasi pascadiklat berguna untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan tingkat capaian kinerja penyelenggaraan Diklat.
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan dan pelatihan Training of Trainers (TOT) akan berdampak terhadap kinerja alumni. Seberapa jauh pengaruh diklat terhadap kinerja alumni perlu diteliti lebih lanjut. Beberapa permasalahan dalam upaya melihat pengaruh tersebut diantaranya adalah.
1. Belum adanya tolok ukur yang jelas terhadap kinerja alumni pascadiklat Training of Trainers (TOT).
2. Tingkat pemahaman peserta diklat yang bervariasi.
3. Permasalahan penerapan materi diklat di dalam pelaksanaan tugas proses pembelajaran di kelas.
4. Keterbatasan pemahaman aparatur dalam menguasai perkembangan ilmu pendidikan orang dewasa (andragogi).
C. Batasan Masalah
Mengingat terlalu komprehensifnya masalah dalam menentukan indikator penilaian dampak kinerja alumni, maka diperlukan pembatasan masalah dalam indikator dalam menilai kontribusi Diklat Training of Trainers (TOT) terhadap kinerja alumni. Permasalahan kontribusi diklat Training of Trainers (TOT) dibatasi dalam pengaruh diklat terhadap hal perbaikan kinerja, pendayagunaan alumni, dan tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian evaluasi pascadiklat Training of Trainers (TOT) adalah ”bagaimana kontribusi pendidikan dan pelatihan Training of Trainers (TOT) terhadap kinerja alumni?”.
E. Tujuan
Tujuan pelaksanaan penelitian evaluasi pascadiklat Training of Trainers (TOT) untuk mengetahui seberapa jauh kontribusi pendidikan dan pelatihan Training of Trainers (TOT) terhadap kinerja alumni, adapun tujuan penelitian evaluasi pascadiklat ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui tingkat perbaikan kinerja alumni, yaitu perbaikan tindak kerja alumni yang berkaitan dengan tujuan program Diklat Training of Trainers (TOT).
2. Untuk mengetahui tingkat pendayagunaan alumni, yaitu seberapa jauh pelibatan alumni dalam kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya dalam pelatihan.
3. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan, yaitu seberapa jauh kesesuaian materi pelajaran untuk dapat menunjang peningkatan kinerja instansi.
F. Manfaat
Manfaat evaluasi pascadiklat Training of Trainers (TOT) adalah sebagai berikut.
1. Mendapatkan informasi tingkat kinerja alumni, tingkat pemberdayaan alumni, serta penerapan pengetahuan yang diperoleh alumni selama diklat.
2. Umpan balik dalam rangka perbaikan program kediklatan terutama diklat yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi DIY.
3. Mendapatkan Informasi sebagai bahan penentuan kebijakan pengembangan sumberdaya manusia aparatur Pemerintah Provinsi D.I.Y.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tingkat keberhasilan suatu pelatihan memerlukan feed back atau umpan balik dari berbagai pihak. Hal inilah yang melandasi pentingnya kegiatan evaluasi pascadiklat dilakukan. Efektifitas dan efisiensi suatu pelatihan perlu dilakukan evaluasi yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Selain itu, evaluasi pelatihan juga dipergunakan sebagai dasar untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada baik dalam aspek materi pelatihan, aspek penyelenggaraan, proses belajar maupun aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan pelatihan tersebut. Untuk itu, ada berbagai cara evaluasi yang dapat dipergunakan, baik untuk mengetahui "suasana pelatihan", efektifitas metoda dan media, kemampuan fasilitator, maupun efektifitas penyelenggaraan pelatihan itu sendiri. Dalam Pendidikan Orang Dewasa, evaluasi pelatihan lebih banyak ditekankan pada aspek "perubahan tingkah laku" daripada yang bersifat peningkatan pemahaman. Oleh karena itu, evaluasi pelatihan lebih banyak dilakukan secara partisipatif yang melibatkan seluruh komponen pelatihan.
A. Pengertian Evaluasi
Beberapa peristilahan yang sepadan tetapi berbeda maknanya sehubungan dengan pengertian evaluasi dapat ditinjau dari pemahaman pengertian evaluasi, yaitu ditinjau dari pengertian “evaluasi” (evaluation), “pengukuran” (measurement), dan “penilaian” (assessment). Ketiga peristilahan tersebut dalam penelitian ini mengandung makna dan maksud yang sama, dan tahapannya dilakukan semuanya.
Evaluasi merupakan salah satu tahapan dalam manajemen: "Controlling". Menurut Blaire R. Worthen (1986) "… Evaluation is one of the most widely discussed but little used…". Untuk dapat mengevaluasi suatu program perlu Penguasaan Teknik Evaluasi dan menghilangkan "Culture Barrier". Diantaranya adalah mampu melakukan kegiatan evaluasi terhadap kegiatan sesuai tupoksi serta mengubah mental set yang resisten terhadap kegiatan evaluasi menjadi pendorong perbaikan program.
Evaluasi didefinisikan sebagai upaya yang seksama untuk mengumpulkan, menyusun dan mengolah fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja dan lain-lain mengenai sesuatu (barang, program, kegiatan, organisasi, pekerjaan dan lain-lain) serta menggunakan kesimpulan itu dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan (Sarbini, 1995).
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan (Arikunto dan Safrudin, 2009).
Evaluasi adalah proses kegiatan atas tindakan atau tindakan yang dilakukan oleh Lembaga Diklat Instansi Pemerintah yang dilakukan secara teratur dan sistematis, dengan menerapkan prosedur ilmiah, dimulai dengan penentuan tujuan, perencanaan pengembangan instrumen, mengumpulkan data.informasi yang valid dan reliabel, penganalisisan data/informasi, dan menafsirkan dengan tujuan untuk menentukan nilau sesuatu dengan cara membandingkan dengan standar penilaian yang sudah disepakati untuk membuat keputusan tentang program pendidikan dan pelatihan (LAN, 2006).
B. Tahapan Evaluasi
Tahapan evaluasi menurut Blain R. Sanders & James R. Sanders, 1984 adalah sebagai berikut:
1. Pemfokusan Evaluasi (Delineating)
• Subyek Evaluasi
• Jenis Data yang akan diambil
• Cara pengambilan data
2. Pengumpulan dan Analisa Data (Obtaining)
• Sumber data
• Jenis data
• Populasi dan metode sampling
• Cara/metode serta instrumen pengumpulan data
3. Penyimpulan, Perumusan dan Penyajian Informasi Hasil Evaluasi (Providing)
• Kinerja program/kegiatan beserta komponennya
• Rumusan alternatif
C. Metoda Evaluasi
Metode evaluasi dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu.
1. Metode Kuantitatif, yaitu metode yang berbasis data kuantitatif dengan teknik analisis data berdasarkan kalkulasi statistik.
2. Metode Kualitatif, yaitu metode yang berbasis data kualitatif.
Fokus pada obyek evaluasi melalui variabel-variabel kegiatan dan informasi kegiatan. Penentuan rencana kerja meliputi penetapan rencana pelaporan, penetapan prioritas kegiatan, penetapan anggota tim dan ketugasannya, dan Penetapan jadwal.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dari sumber data, Pengumpulan data melalui data sekunder, pengumpulan dari sumber data yang lain, dan data dari pengalaman evaluator. Pada tahapan pengumpulan data yang perlu diperhatikan adalah durasi waktu, sebaran lokasi sumber data, biaya yang tersedia, dan hambatan dari responden.
Analisa data dilakukan dengan mengggunakan pendekatan yang tepat dan mudah pengoperasiannya, alokasikan waktu yang panjang, konsultasi dengan ahli, konsultasi dengan user.
Dalam penyimpulan dan perumusan rekomendasi harus link and match dengan tujuan semula, rumusan alternatif rekomendasi harus jelas, skala prioritas terhadap hasil rekomendasi, rekomendasi bersifat operasional baik dari aspek teknis maupun anggaran.
Evaluasi input meliputi kesiapan bahan, kesiapan peralatan, kesiapan tenaga kerja. Evaluasi proses yaitu cara/metoda, sekuensi/pentahapan, alokasi waktu. Evaluasi output untuk mengetahui sesuatu apa yang langsung dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan. Evaluasi outcome menekankan terhadap kinerja/produk sesuai standarisasi yang ada.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian melingkupi deskripsi obyek evaluasi, kriteria evaluasi penilaian metode kuantitatif, serta kriteria evaluasi penilaian metode kualitatif. Metode tersebut merupakan bentuk pendekatan analisis terhadap permasalahan yang ada, dengan mempergunakan parameter-parameter yang berkaitan dengan proses selama pendidikan dan pelatihan dan penerapannya di instansi.
A. Deskripsi Obyek Evaluasi
1. Obyek Evaluasi
Obyek evaluasi pascadiklat adalah adalah Alumni/mantan Peserta Diklat Training of Trainers (TOT) yang pernah diselenggarakan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011, yang diambil sebagai responden secara random sampling terhadap alumni dan Atasan/Bawahan/Teman Sejawat/Pengguna Alumni Diklat Training of Trainers (TOT) Tahun 2012.
2. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan adalah pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah DIY, Kabupaten-kabupaten di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Persyaratan peserta sebagai berikut.
a. Minimal Sarjana Strata 1
b. Ditugaskan oleh Kepala Instansi yang bersangkutan.
c. Memenuhi kriteria administratif yang telah ditentukan oleh Penyelenggara.
3. Pengajar
Materi pelajaran disampaikan oleh para pengajar atau penceramah yang berasal dari.
a. Pejabat Struktural dari LAN RI.
b. Widyaiswara dari LAN RI dan Badan Diklat DIY.
B. Kriteria Evaluasi Penilaian Metode Kuantitatif
Data yang diambil dari responden adalah data penilaian responden terhadap alumni, sehingga pengukuran yang dihasilkan merupakan pengukuran kinerja yang sesungguhnya tetapi lebih merupakan persepsi responden terhadap kinerja alumni. Skor jawaban dengan menggunakan skala Likert (5 pilihan) dengan skor minimal = 1 dan skor maksimal = 5.
Jawaban responden terhadap kuesioner yang telah diberikan kepada alumni Diklat Training of Trainers (TOT), kemudian disusun dan diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) indikator atau variabel, yaitu indikator tingkat perbaikan kinerja alumni, indikator pendayagunaan alumni, dan indikator tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan.
Masing-masing variabel diberikan penilaian atau skor pada tiap-tiap bagian pertanyaan. Total skor yang dicapai masing-masing responden kemudian diklasifikasikan ke dalam 5 kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik, dan memuaskan.
Jumlah pertanyaan menentukan dalam penentuan kategori yang dipergunakan untuk mengukur variabel. Jumlah pertanyaan yang ada dalam tiap variabel yang terdapat dalam kuesioner yang ditujukan kepada responden alumni diklat, adalah sebagai berikut.
1. Pertanyaan Pilihan Berganda (Multiple Choice).
a. Untuk variabel tingkat perbaikan kinerja alumni : 10 soal.
b. Untuk variabel pendayagunaan alumni: 10 soal.
c. Variabel tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan: 25 soal.
2. Pertanyaan Terbuka sebanyak 6 buah pertanyaan.
Dari jumlah pertanyaan tersebut kriteria penilaian yang dapat dijadikan sebagai kategori penilaian adalah sebagai berikut.
1. Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden sebanyak 10 buah.
Jawaban pertanyaan keseluruhan untuk satu responden mempunyai skor maksimum = 50 dan skor minimum = 10. Interval skor dapat dihitung dengan mempergunakan perhitungan sebagai berikut.
Interval yang diperoleh dipergunakan untuk menggolongkan kategori adalah sebagai berikut.
a. Kategori Sangat Kurang : ≤ 18
b. Kategori Kurang : 19 - 26
c. Kategori Sedang : 27 - 34
d. Kategori Baik : 35 - 42
e. Kategori Memuaskan : > 42
2. Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden sebanyak 24 buah.
Jawaban pertanyaan keseluruhan untuk satu responden mempunyai skor maksimum = 125 dan skor minimum = 24. Interval skor dapat dihitung dengan mempergunakan perhitungan sebagai berikut.
Interval yang diperoleh dipergunakan untuk menggolongkan kategori adalah sebagai berikut.
a. Kategori Sangat Kurang : ≤ 20
b. Kategori Kurang : 21 - 40
c. Kategori Sedang : 41 - 60
d. Kategori Baik : 61 - 80
e. Kategori Memuaskan : > 80
3. Kriteria Penilaian Hasil Rerata Keseluruhan
Kriteria penilaian kuantitatif yang lain didasarkan pada hasil rerata dari seluruh skor penilaian setiap variabel. Nilai atau skor hasil dari jawaban responden dirata-rata setiap variabel, kemudian hasil rata-rata tersebut kesimpulan hasil evaluasi dapat dilihat dari kriteria penggolongan kategori sebagai berikut.
a. Kategori Sangat Kurang : 0 - 1
b. Kategori Kurang : ≥ 1 - 2
c. Kategori Sedang : ≥ 2 - 3
d. Kategori Baik : ≥ 3 - 4
e. Kategori Memuaskan: >4
C. Kriteria Evaluasi Penilaian Metode Kualitatif
Evaluasi penilaian dengan metode kualitatif didasarkan dari hasil jawaban responden atas pertanyaan terbuka di dalam kuesioner. Beberapa jawaban yang sama dirangkum menjadi kesimpulan. Jawaban yang berbeda-beda tetap menjadi bahan kesimpulan evaluasi pascadiklat. Meskipun jawaban orang-perorang dari responden diakui mempunyai kelemahan yang berkecenderungan subyektif, tetapi jawaban tersebut tetap diinventarisasi dengan tujuan ke arah penyempurnaan proses penyelenggaraan Diklat Training of Trainers (TOT). Untuk menghindari isian yang subyektif, jawaban yang sifatnya kualitatif dilakukan klarifikasi dengan metode Focus Group Discussion, sehingga dapat menjadi kesimpulan bersama hasil evaluasi pascadiklat Training of Trainers (TOT).
Evaluasi penilaian dengan metode kualitatif tersebut dideskripsikan untuk membuat gambaran secara obyektif, sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarvariabel yang diselidiki yan berkaitan dengan dengan peristiwa atau situasi dan kondisi selama pelatihan. Fenomena atau peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan proses pelaksanaan diklat tersebut berkaitan dengan tindaklanjut Diklat Training of Trainers (TOT), kualitas bahan ajar, sarana dan prasarana belajar, materi pelajaran, widyaiswara, nara sumber, instruktur, panitia, pendamping, dan konsumsi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Jumlah Data yang Terkumpul
Dari jumlah 35 orang alumni Diklat Training of Trainers (TOT), dengan cara random sampling diperoleh data dari 8 orang alumni Diklat Training of Trainers (TOT).
Responden yang diundang dalam pertemuan Focus Group Discussion sebanyak 20 orang terdiri dari 15 orang alumni dan 5 orang atasan/bawahan/teman sejawat/pengguna. Dari target responden yang diundang tersebut yang hadir terdiri dari 8 orang alumni, 4 orang atasan langsung sebagai pengguna dari alumni dan 1 orang teman sejawat.
B. Variabel Perbaikan Kinerja Alumni
1. Jumlah Pertanyaan
Untuk mengetahui tingkat perbaikan kinerja alumni diberikan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan untuk diisi atasan, teman sejawat, dan alumni Diklat Training of Trainers (TOT). Pertanyaan tersebut menggambarkan pengaruh diklat terhadap tingkat kompetensi alumni yang berkaitan dengan Training of Trainers (TOT).
2. Kecenderungan Penilaian
Perlu dijelaskan bahwa responden tidak diberikan prediktor masing-masing item kuesioner untuk menentukan besaran penilaian, oleh karena itu kualitas jawaban sangat tergantung dari kemampuan atau sikap responden hasil pelatihan. Namun dari peta jawaban dapat dilihat bahwa kecenderungan jawaban responden dari alumni dapat dikatakan sama. Secara rinci kecenderungan jawaban responden dapat dilihat sebagai berikut.
Dari hasil analisa rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 3,71, hal ini menunjukkan tingkat perbaikan kinerja alumni Diklat Training of Trainers (TOT) dalam kategori baik.
C. Variabel Pendayagunaan Alumni
1. Jumlah Pertanyaan
Untuk mengetahui tingkat perbaikan kinerja alumni diberikan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan untuk diisi alumni Diklat Training of Trainers (TOT). Pertanyaan tersebut menggambarkan pengaruh diklat terhadap tingkat pendayagunaan alumni yang berkaitan dengan Training of Trainers (TOT).
2. Kecenderungan Penilaian
Dari hasil analisa rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 2,98. Hal ini menunjukkan tingkat pendayagunaan alumni Diklat Training of Trainers (TOT) dalam kategori sedang.
D. Variabel Tingkat Kesesuaian Pengetahuan dan Ketrampilan selama Diklat dengan Kebutuhan Kompetensi di Lapangan.
1. Jumlah Pertanyaan
Untuk mengetahui tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan, responden diberikan kuesioner yang berisi 24 (dua puluh empat) pertanyaan untuk diisi. Pertanyaan tersebut menggambarkan penilaian pada materi pada setiap mata pelajaran dalam Diklat Training of Trainers (TOT).
2. Kecenderungan Penilaian
Dari hasil analisa terdapat dua hasil kesimpulan yang berbeda, pertama dari hasil analisa kecenderungan responden didapatkan hasil yang memuaskan dari kecenderungan 10 orang responden dengan persentasi 76,92. Kedua dari hasil analisa rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 3,78. Hal ini menunjukkan tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan termasuk dalam kategori Baik.
E. Hasil Evaluasi Penilaian Metode Kualitatif
Evaluasi penilaian metode kualitatif dianalisis berdasarkan hasil dari Focus Group Discussion yang diselenggarakan pada tanggal 9 November 2012 di Badan Diklat DIY., yang diikuti 13 orang peserta. Para responden mengisi atau memberikan jawaban Jawaban atas pertanyaan terbuka. Kemudian hasil jawaban dari para peserta FGD didiskusikan untuk divalidasikan dengan saling memberikan masukan, tambahan, dan klarifikasi hasil jawaban kepada peserta yang lain, kemudian mendiskusikannya untuk diambil suatu kesimpulan.
Hasil dari Focus Group Discussion evaluasi pascadiklat training of trainers adalah sebagai berikut.
1. Jarak waktu yang relatif lama antara evaluasi pascadiklat dengan selesainya diklat (tahun 2011) sehingga menjadi hambatan dalam pengisian kuesioner (faktor lupa karena sudah relatif lama)
2. Peserta yang diikutkan Diklat TOT Umum sebaiknya adalah orang - orang yang terlibat langsung melakukan sosialisasi kebijakan.
3. Materi pembelajaran sebaiknya lebih banyak prakteknya daripada teori.
4. Sebaiknya lebih banyak melibatkan narasumber dari kalangan akademisi kampus, sehingga dapat mentransferkan teori-teori dan keilmuannya yang telah teruji efektivitasnya di lapangan.
5. Aplikasinya Diklat TOT Umum di instansi masing-masing tidak langsung dapat diterapkan dalam waktu singkat, namun akan selalu menyesuaikan dengan momen di instansi dan tupoksi dimana PNS yang bersangkutan.
6. Hasil Kinerja alumni diklat TOT Umum belum dapat langsung secepatnya dapat dilihat, sehingga memerlukan waktu yang cukup untuk mengaplikasikannya
7. Mohon waktu pelaksanaan yang 2 minggu diklat TOT Umum tersebut sebaiknya diperpanjang supaya pelaksanaannya tidak terkesan terburu-buru (mengingat materi yang cukup banyak). Perlu sebuah perencanaan yang tepat tentang siapa saja yang akan menjadi peserta diklat TOT Umum sesuai dengan Tupoksinya.
8. Sarana dan Prasarana sudah cukup memadai.
9. Sebaiknya materi pembelajaran diarahkan kepada Tupoksi dan bersifat aplikatif. Ada ilmu - ilmu yang spesifik yang akhirnya mengarah ke Tupoksi peserta diklat.
10. Waktu pelaksanaan diklat TOT Umum mohon diperpanjang sehingga hasilnya maksimal.
11. Sarana dan Prasarana perlu ditingkatkan.
12. Pengajar harus mampu mengarahkan semua peserta supaya memiliki skill bagaimana menjadi Trainer yang profesional. Kadang - kadang pengajar kurang dapat membimbing peserta meskipun sebenarnya pengajar yang bersangkutan memiliki pengetahuan tentang TOT dan ”knowledge” yang memadai, namun kurang dapat komunikatif.
13. Diklat Training of Trainers (TOT) ini pengaruhnya sangat positif di instansi. Perlu diteruskan program ini, namun perlu lebih spesifik.
14. Sarana dan prasarana cukup baik, tidak ada hambatan/masalah yang signifikan.
15. Petugas pendamping cukup baik.
16. Perlu pemantauan secara periodik terhadap kinerja alumni. Misalnya setiap 6 bulan sekali.
17. Materi Diklat TOT Umum sudah relevan diterapkan di instansi. Saran : sebaiknya seluruh PNS diajarkan materi ini, karena PNS harus mampu mentransferkan ilmu, kebijakan, pengetahuan umum, dan lain-lain.
18. Pendidikan Karakter perlu dimasukkan ke dalam materi Diklat TOT Umum.
19. Diklat Training of Trainers (TOT) sangat bermanfaat dalam menambah bekal mengikuti diklat – diklat kewidyaiswaraan lainnya.
20. Peserta Diklat TOT Umum belum seluruhnya mendapat kesempatan praktek di dalam pembelajaran tersebut. Mohon kiranya diperpanjang waktu untuk prakteknya.
21. Pengajar cukup baik dalam memberikan materi dan membimbing peserta.
22. Dari segi waktu, bukan masalah pelaksanaan diklatnya yang diperpanjang, namun dengan waktu yang telah ditentukan dapat menuntaskan materi dan memberikan manfaat yang maksimal bagi peserta Diklat Training of Trainers (TOT).
23. Para peserta Diklat Training of Trainers (TOT) rata-rata telah memiliki pengalaman bertahun-tahun di dalam profesinya, namun Diklat Training of Trainers (TOT) ini lebih mengarahkan peserta supaya menjadi trainer yang terstruktur di dalam performance-nya di instansi masing-masing.
24. Badan Diklat DIY selalu berkoordinasi dengan BKD terkait di dalam proses perencanaan Diklat TOT Umum supaya tepat dalam menentukan siapa yang mengikutinya.
25. Masukan dari peserta akan dituangkan ke dalam draft guna peningkatan pelaksanaan Diklat Training of Trainers (TOT) maupun sarana dan prasarananya di Badan Diklat DIY.
26. Diklat Training of Trainers (TOT) perlu selalu dilaksanakan mengingat manfaatnya yang amat banyak bagi PNS
27. Tindak lanjut Diklat Training of Trainers (TOT) ini hendaknya diseminarkan, sehingga tidak hanya sebatas di- Rakor-kan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil evaluasi pascadiklat Training of Trainers (TOT) didasarkan dari hasil kuesioner terhadap atasan, dan teman sejawat, dan alumni diklat Diklat Training of Trainers (TOT). Dari data dan uraian dalam analisis dan pembahasan, maka dalam upaya mengetahui kontribusi pendidikan dan pelatihan Training of Trainers (TOT) terhadap kinerja alumni dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Responden mempunyai kecenderungan terbesar pada perbaikan tingkat kinerja alumni yang baik (46,20%). Hasil rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 3,71 termasuk dalam kategori baik.
2. Responden mempunyai kecenderungan terbesar pada pendayagunaan alumni yang sedang (61,50%). Hasil rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 2,98 termasuk dalam kategori sedang.
3. responden mempunyai kecenderungan terbesar mengenai tingkat kesesuaian pengetahuan dan ketrampilan selama diklat dengan kebutuhan kompetensi di lapangan yang memuaskan (76,92%). Hasil rerata keseluruhan skor responden didapatkan angka 3,78 termasuk dalam kategori baik.
4. Hasil analisa kualitatif menunjukkan perlunya tindaklanjut Diklat Training of Trainers (TOT) dalam bentuk penyelenggaraan diklat lanjutan. Diklat dilaksanakan secara berkala disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan diklat yang diperlukan oleh instansi-instansi di lingkungan wilayah DIY.
5. Perumusan tujuan dan sasaran diklat tidak diarahkan secara langsung untuk menjadi widyaiswara, mengingat proses rekruitmen widyaiswara sudah ada panduan secara khusus dari LAN RI. Tujuan dan sasaran sebaiknya diarahkan kepada penyiapan peserta diklat sebagai calon fasilitator yang dapat memberikan pembelajaran dengan metode andragogi.
6. Beberapa jawaban responden atas pertanyaan terbuka dan hasil FGD terhadap bahan ajar perlu ditingkatkan secara lebih lengkap lagi, tidak hanya dalam bentuk bahan tayang tetapi perlu disiapkan modul dan materi pelengkap modul sebagai referensi dan pengembangan substansi materi. Di dalam penyampaian materi diharapkan praktek lebih diperbanyak dibandingkan teori.
Pemilihan calon peserta disesuaikan dengan standar kompetensi yang sesuai dengan tujuan diklat.
Sarana prasarana sudah cukup tetapi perlu ditingkatkan dari sisi ketersediaan mick dalam bentuk wireless, sehingga diharapkan pengajar dan peserta bisa bergerak leluasa tanpa ada hambatan keterbatasan panjang kabel mick. Mengenai bangku dan meja perlu didisain agar setiap saat bisa diatur dengan cepat dan mudah, sehingga setting ruangan kelas selalu dnamis yang selalu disesuaiakan dengan metode pembelajaran.
Pengajar merupakan widyaiswara yang berpengalaman dalam proses pembelajaran dan mampu menjadi contoh secara langsung proses pembelajaran dengan metode andragogi.
Penyelenggara diklat baik sebagai petugas piket, pengamat, atau pendamping selalu aktif mengontrol ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh peserta dan widyaiswara.
Konsumsi sudah baik tetapi perlu peningkatan dari sisi variasi menu dan rasa.
B. SARAN
1. Melihat hasil evaluasi yang menunjukkan adanya peningkatan kompetensi alumni diklat yang baik, diharapkan Diklat Training of Trainers (TOT) dapat dipertahankan penyelenggaraannya secara berkala disesuaiakan dengan hasil analisis kebutuhan diklat instansi-instansi di wilayah DIY.
2. Simulasi dan praktek perlu ditambah prosentasenya dalam proses pembelajaran untuk menambah ketrampilan aplikatif dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran.
3. Dukungan dari para top manajer untuk memprogramkan pelaksanaan Diklat secara berjenjang mulai dari tingkat dasar, lanjutan, dan tinggi sesuai dengan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 14 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyusunan Pola Penjenjangan Pendidikan Dan Pelatihan Teknis. Proses pemrograman diklat tersebut dilaksanakan oleh Badan Diklat Provinsi DIY bekerjasama dengan Instansi teknis terkait di Tingkat Pusat dan instansi teknis lingkungan Pemda Provinsi DIY, guna menambah eksistensi Diklat Training of Trainers (TOT) di jajaran aparatur Pemda Provinsi D.I.Y.
4. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Training of Trainers (TOT) diharapkan dapat berlangsung secara terpadu dan berkesinambungan, antara pilar-pilar diklat yaitu kelembagaan diklat, program diklat, sumberdaya penyelenggara diklat, dan widyaiswara dengan dukungan penuh seluruh instansi dan policy maker dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia aparatur Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Pratista, A. 2005. Aplikasi SPSS10.05 dalam Statistik dan Rancangan Percobaan. CV. Alfabeta. Bandung.
Deliveri Organization. 2006. Modul 15 Evaluasi Program Pelatihan. www.deliveri.org/guidelines/training/tm15/tm15_modul15i.htm. 27-6-2006.
Djarwanto, P.S., Subagyo, P.1985. Statistik Induktif. BPFE. Yogyakarta.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2006. Evaluasi Purna Diklat, Modul Diklat Kewidyaiswaraan Tingkat Madya. LAN RI. Jakarta. Hal 20.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hal. 151.
Arikunto, A., Safrudin A.J., C. 2010. Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Bumi Aksara. Edisi 2. Jakarta.